"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." (QS Al-Mu'minun (23):1-2)
Seorang ahli ibadah yang bernama Isam bin Yusuf dikenal khusyuk dalam shalatnya. Tetapi, ia masih ragu dengan kekhusyukan ibadah yang telah dilakukannya. Sehingga, ia selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih khusyuk ibadahnya, agar ia bisa memperbaiki ibadahnya yang dirasakan belum khusyuk.
Suatu ketika, Isam pergi menghadiri majelis Hatim Al-Isam dan ia bertanya. "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimana caranya tuan khuyuk dalam shalat?" Hatim menjawab,"Apabila masuk waktu shalat aku ber wudhu lahir dan bathin." Isam betanya lagi,"Bagaimana yang tuan maksud dengan whudu lahir dan bathin itu?."
"Wudhu lahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sedangkan wudhu bathin membasuh anggota dengan tujuh perkara, yaitu dengan bertobat, menyesali dosa-dosa yang dilakukan, tidak dibutakan oleh dunia, tidak mengharap pujian orang (riya'), meninggalkan sifat sombong dan berbangga diri, membuang sifat khianat dan menipu, serta menjauhkan diri dari sifat dengki."
Selanjutnya Hakim berkata, "kemudian aku pergi ke Masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada dihadapanku, surga di sebelah kananku, neraka disebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula aku seolah olah berdiri diatas titian Siratal Mustakim dan aku menganggap shalatku kali ini adalah shalat yang terkahir, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan doa dalam shalat kupahami maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku shalat selama 30 tahun.
Isam pun menangis. Ia merasa shalatnya belum sempurna. Apabila Isam bisa menangis hanya karena mengingat shalatnya yang belum khusyuk, apakah kita bisa melakukan seperti yang dilakukan Isam? Kita, jangankan menangis shalat yang belum khusyuk, meninggalkan shalat lima waktu saja mungkin tanpa rasa bersalah.
Padahal, shalat akan mendekatkan kita pada Allah dan merupakan sarana mendapatkan pertolongan dari Nya. "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS Albaqarah (2):45).
Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba yang taat mendirikan shalat dan selalu khusyuk dalam shalatnya. Buka sekedar ritual takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, sementara hati kita berkelanan entah kemana.
Wah bingung arep menehi nilai piro iki wah witip link wae iso pora http://trest.jw.lt
BalasHapus